“Data yang dikumpulkan dari tahun 1970 hingga
tahun 2010 di dua kebun apel di Jepang memberikan bukti jelas bahwa
perubahan iklim memengaruhi rasa dan tekstur apel,” tulis Daily Mail, Kamis, 15 Agustus 2013.
Laporan yang ditulis dalam jurnal Nature Scientific Reports juga menuliskan, semua perubahan ini mungkin terjadi karena pemekaran yang terlalu dini dan tingginya temperatur selama masa pertubuhan.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan pemanasan global yang menyebabkan pohon apel berbunga dan panen lebih awal juga dipengaruhi oleh perubahan curah hujan dan suhu udara.
Kebun yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan apel Fuji dan apel Tsugaru, dua jenis yang paling populer di dunia. Perkebunan yang terletak di Nagano dan wilayah Aomori, Jepang menunjukkan kenaikan rata-rata suhu masing-masing sebesar 0,31 dan 0,34 derajat Celsius per dekade. Para peneliti mengesampingkan faktor-faktor non-iklim lainnya, seperti perbaikan teknologi.
Selama bertahun-tahun, peneliti mengukur tingkat keasaman dan konsentrasi gula di dalam apel, tekstur apel, serta kandungan airnya. Hasilnya, apel-apel ini menunjukkan penurunan keasaman, tekstur yang kurang renyah, dan kandungan air yang lebih sedikit. Sebaliknya, konsentrasi gula yang dikandungnya justru semakin tinggi.
“Apel lebih terasa manis itu hal yang baik. Namun, jika teksturnya berubah, ini merupakan hal yang negatif,” ujar salah satu peneliti, Toshihiko Sugiura dari National Institute of Fruit Tree Science.
Meskipun rasa dan tekstur apel terasa berbeda, konsumen umumnya tidak menyadari hal ini. Namun demikian, penelitian ini membuka wawasan baru bahwa perubahan iklim mulai memengaruhi banyak hal, termasuk rasa dan tekstur makanan.
Apakah Anda penyuka buah apel? Bagaimana rasanya akhir-akhir ini?
Semakin hari, apel seakan kehilangan kegaringannya dan terasa jauh lebih
manis. Peneliti Jepang mengklaim, ini terjadi karena pengaruh dari
pemanasan global. Laporan yang ditulis dalam jurnal Nature Scientific Reports juga menuliskan, semua perubahan ini mungkin terjadi karena pemekaran yang terlalu dini dan tingginya temperatur selama masa pertubuhan.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan pemanasan global yang menyebabkan pohon apel berbunga dan panen lebih awal juga dipengaruhi oleh perubahan curah hujan dan suhu udara.
Kebun yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan apel Fuji dan apel Tsugaru, dua jenis yang paling populer di dunia. Perkebunan yang terletak di Nagano dan wilayah Aomori, Jepang menunjukkan kenaikan rata-rata suhu masing-masing sebesar 0,31 dan 0,34 derajat Celsius per dekade. Para peneliti mengesampingkan faktor-faktor non-iklim lainnya, seperti perbaikan teknologi.
Selama bertahun-tahun, peneliti mengukur tingkat keasaman dan konsentrasi gula di dalam apel, tekstur apel, serta kandungan airnya. Hasilnya, apel-apel ini menunjukkan penurunan keasaman, tekstur yang kurang renyah, dan kandungan air yang lebih sedikit. Sebaliknya, konsentrasi gula yang dikandungnya justru semakin tinggi.
“Apel lebih terasa manis itu hal yang baik. Namun, jika teksturnya berubah, ini merupakan hal yang negatif,” ujar salah satu peneliti, Toshihiko Sugiura dari National Institute of Fruit Tree Science.
Meskipun rasa dan tekstur apel terasa berbeda, konsumen umumnya tidak menyadari hal ini. Namun demikian, penelitian ini membuka wawasan baru bahwa perubahan iklim mulai memengaruhi banyak hal, termasuk rasa dan tekstur makanan.
Posting Komentar
Terima Kasih Telah Membaca Artikel di :
Blog Penguintanah - Biar Mainstream yang Penting Tetap Menarik.
Silahkan Berkomentar yang Relevan Tanpa Menyinggung Suku, Agama, Budaya atau Ras Tertentu.